Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mengungkapkan perasaan, gagasan, dan imajinasi penulis melalui bahasa yang indah, padat, dan penuh makna. Berbeda dengan prosa yang bersifat naratif, puisi cenderung lebih ekspresif dan menggunakan unsur estetika seperti irama, rima, dan diksi untuk menciptakan efek emosional bagi pembaca atau pendengarnya.
Berikut kami sajikan beberapa puisi menarik yang mungkin anda sukai.
{getToc} $title={3 Puisi Menarik}
Oleh: Bang_Adek
Reaksi Fasa Tunggal
Di labirin kuantum cinta yang tak setara,
foton menabrak dinding potensial diam-diam—
kau inti atom yang statis di pusar galaksi,
sementara aku elektron terionisasi tanpa orbit.
Spin elektron kita tak pernah searah,
hasratku fermion, dirimu boson dingin.
Reaksi endoterm: kutelan kalor rindu,
tapi entropi hatimu tetap acak, tak termampatkan.
Kau katalis yang mempercepat lara,
tapi tak ikut bereaksi dalam stoikiometri asimetris.
Aku larutan jenuh yang tak bisa lagi melarutkan,
sementara dirimu tetap padatan inert—tak terurai.
Di percobaan Young, bayangmu interferensi destruktif,
membatalkan gelombang harapku yang koheren.
Aku vektor mengarah ke utara,
kau skalar yang tak peduli arah.
Hukum Kekekalan Energi jadi ironi:
semua usiaku berubah jadi panas yang sia-sia,
menghanguskan konduktivitas jiwa,
sementara kau tetap superkonduktor tanpa resistensi.
Reaksi berantai ini hanya fiksi—
nukleusku meluruh jadi isotop sunyi,
memancarkan radiasi rindu paruh waktu abadi,
tapi peluruhanmu nihil, stabil bagai timbal.
Di paradoks Schrödinger, kau mungkin ada atau tiada,
tapi kotak ini sudah kubuka: hampa.
Aku partikel terperangkap dalam medanmu,
bergerak dalam loop waktu yang tak berujung.
Cinta ini singularitas tanpa gaya balik—
gravitasimu menarik, tapi tak ada cahaya yang dipantulkan.
Akhirnya, aku hanya reaksi fasa tunggal:
terurai sendirian, tanpa ekuilibrium.
Puisi diatas cocok ya lur buat anak kimia? apa Bang_Adek pernah kecantol sama anak kimia dulunya? 🤔
RENJANA DI ANTARA RONA WAKTU
Renjana ini mengalir bagai tirta rindu,
Menyusup pelan, menghunjam kalbu yang sunyi.
Di mata waskitamu, kutatap sepi yang abadi—
Langit pun tersipu, merangkai kisah kita dalam diam.
Suaramu suling malam, merdu membelah gelap,
Rentak waktu bergetar, menari dalam dekapan.
Aku adalah sekar yang mekar di telapak tanganmu,
Nirmala, tak ternoda oleh debu fana.
Setiap pandang adalah tengara cinta,
Rona rindu yang melebur jadi mantra.
Kau ucapkan sembara di antara bintang-bintang,
"Selamanya" yang tak terukur oleh jarak.
Lara ati yang kusimpan, kau ubah jadi pelangi,
Tirai masa lalu kau singkap dengan napasmu.
Dalam naya-naya hidup yang kacau,
Kau adalah asa yang tersemat di ujung doa.
Symphoni Suci Ramadhan
Ù…َرْØَبًا ÙŠَا Ø´َÙ‡ْرَ الصِّÙŠَامْ
Di bulan nan suci ini, kanvas rahmat terhampar lebar
Di langit malam, bintang taubat berkelap-kelip
Jiwa-jiwa lapar berpesta dalam mahabbah
Menari rindu di pelataran Al-Qiyam
Kalam Ilahi merdu mengalun di jendela malam
Menyulam harap di selimut sahur yang basah
Duka dan dosa luluh dalam lautan istighfar
Engkau datang membawa kunci pintu maghfirah
Di tepian ifthar, waktu merangkul senja merah
Kurma dan air mata mengalun dalam doa
Setiap detik adalah permata yang terlepas
Menghias mihrab hati dengan cahaya Taqwa
Kami berbisik: "Ya Karim, terimalah rukuk sujud kami!"
Di atas sajadah malam, jiwa-jiwa merapal
Bulan ini adalah lukisan kasih-Mu yang abadi
Ajari kami mencintai, menggapai maqam Al-‘Ulya
Kembalikan ruh kami ke fitrah yang putih
Sebelum fajar Ramadhan berpamit
Kami akan berpuasa dengan cinta
Hingga fajar syawal menyapa dengan takbirnya.